Ivan Mulyadi , June 28 2022
Karyawan baru masuk sekitar sebulan atau tiga bulan, lalu sudah keluar dan mental ke perusahaan lain? Rasanya fenomena ini sudah banyak terjadi di banyak perusahaan. Penyebabnya pastilah beragam. Pertanyaannya, apakah yang bisa kita lakukan sebagai perusahaan?
Ketika bagian HR dihadapkan pada ratusan atau ribuan CV pelamar, satu hal yang dilihat dan diperhatikan adalah pengalaman bekerja dan rentang waktu kerja si pelamar di perusahaan-perusahaan sebelumnya. Ketika ada pelamar yang terkesan “kutu loncat” maka perusahaan cenderung mengabaikan pelamar tersebut.
Padahal fenomena kutu loncat ini belum tentu murni menjadi kesalahan pekerja atau karyawan. Banyak penyebab yang bisa timbul juga dari pihak perusahaan yang membuat karyawan tidak betah, tidak merasa engaged, atau tidak merasa diterima. Budaya kerja yang buruk atau lingkungan kerja yang toxic dan tidak mendukung menjadi penyebab utama tingkat turnover yang tinggi.
Sesuai dengan kemampuan masing-masing orang, kecepatan adaptasi antar individu di tempat kerja yang baru pasti beragam. Biasanya butuh waktu sekitar satu hingga tiga bulan supaya karyawan baru bisa beradaptasi dengan tempat kerja yang baru. Rentang waktu ini jika terjadi secara terus menerus sangat mempengaruhi performa kinerja perusahaan.
Say, Stay, and Strive
Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam mempertahankan dan meningkatkan kualitas kinerja karyawan menjadi sebuah tantangan baru, di mana perusahaan dituntut untuk mampu menciptakan daya tarik dan daya dorong internal yang nyata bagi karyawan. Daya tarik dan daya dorong tersebut merupakan fondasi dasar yang membentuk sebuah kondisi yang mampu menumbuhkan sikap dan perilaku karyawan yang baik.
Kondisi ini umumnya disebut dengan Say, Stay dan Strive. Kondisi Say adalah kondisi di mana perusahaan menciptakan daya tarik yang unik dan bermakna sebagai posisi tawar bagi karyawan, sehingga karyawan secara konsisten mengatakan hal-hal positif mengenai perusahaan kepada rekan kerja, karyawan baru, calon karyawan dan tentunya kepada para pelanggan. Hal ini tentunya berdampak besar kepada kualitas pelayanan pelanggan.
Kondisi Stay adalah kondisi di mana perusahaan memiliki daya tarik bagi karyawan agar karyawan mempunyai keinginan yang besar untuk tetap menjadi bagian dari perusahaan, sehingga kondisi ini dapat menekan angka Turnover karyawan menjadi sangat rendah.
Kondisi Strive adalah kondisi di mana perusahaan mampu menciptakan daya dorong kepada karyawan agar karyawan secara proaktif memberikan usaha yang lebih dan menunjukkan perilaku yang berkontribusi terhadap kesuksesan perusahaan.
Solusi untuk Menciptakan Employee Engagement
Untuk mencapai kondisi tersebut perusahaan perlu mengembangkan sebuah kerangka acuan yang sistematis, terukur, dan komprehensif dalam mengelola sumber daya manusia. Berkaitan dengan hal itu, konsep Employee Engagement adalah pilihan yang tepat.
Employee Engagement merupakan keterikatan emosional yang meliputi dua dimensi yaitu dimensi Commitment dan dimensi Satisfaction. Kedua dimensi tersebut mampu menumbuhkan gairah, motivasi, dan dorongan proaktif bagi karyawan untuk memberikan upaya yang optimal di setiap aktivitas bisnis.
Employee Engagement diukur secara sistematis, absah dan handal melalui dua pendekatan, baik pendekatan kuantitatif maupun kualitatif. Pengukuran tersebut dapat dilakukan terhadap karyawan sesuai dengan aspek demografis seperti struktural, tingkatan posisi Jabatan, masa kerja, jender, dan lain-lain.
Dengan melakukan pengukuran Employee Engagement, perusahaan memperoleh peta kategori keterikatan emosional karyawan terhadap perusahaan dalam empat kategori yaitu Highly Engaged, Potentially Engaged, Passives, dan Fully Disengaged.
Melalui gambaran tersebut perusahaan dapat menentukan langkah-langkah inisiatif maupun intervensi yang tepat sasaran dan bersifat unik secara sektoral maupun organisasional. Tentunya hal ini perlu didukung oleh proses internalisasi, sosialisasi dan tindak lanjut yang nyata serta berkesinambungan.
Employee Engagement memberikan akses bagi manajemen untuk dapat membenahi kondisi Say, Stay, dan Strive karyawan dalam perusahaan melalui upaya-upaya membangun komitmen yang tinggi dan mengakomodasikan aspek-aspek kepuasan karyawan terhadap perusahaan secara lebih baik.
Hal tersebut menjadi faktor penentu apakah karyawan mau dan mampu untuk memberikan upaya lebih dalam menyerap poin-poin strategis perusahaan dan mengimplementasikannya ke dalam aktivitas operasional sehari-hari.
Hal ini tentunya memberikan dampak bisnis yang konkret bagi perusahaan untuk dapat memberikan nilai tambah bagi pelanggan, bertahan dan berkembang didalam perubahan serta memiliki daya saing yang kompetitif dalam kompetisi bisnis saat ini dan di masa mendatang.
Andri Priambodo
Editor: Ivan Mulyadi
Jika ada informasi yang ingin ditanyakan, silakan Chat WA Customer Service & Social Media kami:
Ivan Mulyadi , June 28 2022
Pengukuran dan penetapan Key Performance Indicator (KPI) yang berbeda, akan menimbulkan pola perilaku yang berbeda pula. Contoh kasusnya bisa dilihat pada dua model...
Ivan Mulyadi , June 28 2022
Para leader organisasi berusaha untuk memoles dan mengelola karyawan supaya mempunyai mental tangguh dan performa kinerja yang baik. Namun bagaimana organisasi bisa...
Ivan Mulyadi , June 28 2022
Quality Control adalah proses pengecekan atau pengujian yang dilakukan demi memastikan atau mengukur kualitas dari produk sehingga sesuai dengan standar ketentuan p...
2024 © ONE GML Consulting