Ivan Mulyadi , March 16 2021
Peran teknologi sudah bergeser signifikan dan bersentuhan langsung dengan berbagai fungsi bisnis. Mulai dari pemasaran, branding, pelayanan pelanggan, penjualan, humas, bahkan sampai Human Resource (HR) dan strategic planning pada tingkat C-level perusahaan. Para pemimpin perusahaan pun semakin concern berinvestasi pada teknologi digital sebagai penggerak di berbagai aspek pemasaran dan bisnis.
Indonesia menjadi salah satu negara yang tingkat adopsi digitalnya cukup tinggi. Sementara itu, International Data Corporation (IDC) memprediksi total anggaran pembelanjaan teknologi juga akan menyentuh angka sekitar US$250 juta pada tahun 2021 berkenaan dengan layanan komputasi awan, serta peranti keras dan lunak.
Optimisme dan prospek turut dipicu dengan banyak bermunculannya adopsi teknologi digital, seperti Artificial Intelligence (AI), Mixed Reality (MR), dan Internet of Things (IoT). Berbagai teknologi tersebut tak hanya menjadi pendorong utama transformasi digital, tetapi juga menciptakan dampak positif yang berkelanjutan terhadap perkembangan dunia usaha.
Tak disangka awal tahun 2020 ini kita harus diterpa bencana pandemi Covid-19, yang sangat melumpuhkan pergerakan roda ekonomi dengan sangat masif di seluruh dunia. Kondisi sarat perubahan dan serba ketidakpastian ini justru semakin meningkatkan urgensi bagi banyak pihak untuk semakin serius mewujudkan transformasi digitalnya.
Hampir di semua negara, media dan channel digital semakin bertambah banyak, dibarengi oleh infrastruktur yang semakin matang. Tak heran jika semakin banyak usaha mulai menjajal kemampuannya di ranah digital untuk semua aktivitas bisnisnya. Selain praktis dan biaya operasional yang relatif lebih rendah, kita tentunya mengharapkan hasil yang lebih maksimal.
Transformasi digital sebenarnya sudah menjadi concern dari para top management perusahaan. Beberapa sektor merasakan dorongan yang lebih besar untuk segera menjalankan transisi ke digital, seperti perbankan, media, asuransi, finansial, pariwisata, penerbangan, termasuk ritel. Sementara sektor lain mungkin belum merasakan urgensi yang terlalu besar untuk beralih ke digital secara penuh.
Namun karena bencana pandemi yang tak terduga ini, hampir semua sektor hampir tak mungkin lagi mengelak dari transformasi digital. Sebut saja industri kuliner dan fashion yang harus memutar otak bagaimana memanfaatkan berbagai channel digital dalam mengatasi merosotnya omset sejak pandemi.
Para petinggi C-level perusahaan pun menghadapi tantangan yang lebih. Mereka tak hanya dituntut fokus melakukan transformasi dari bisnis konvensional menjadi digital, tetapi juga bagaimana secara total mengubah perusahaan menjadi berbasis teknologi. Oleh karena itu, kolaborasi antara berbagai bagian, termasuk HR yang performanya baik sudah menjadi langkah awal kemenangan perusahaan.
Strategi yang digodok hasil kolaborasi antar divisi diharap bisa membuat perkembangan perusahaan berlipat ganda dalam waktu singkat. Apalagi jika top management bisa solid bekerjasama dengan HR perusahaan dalam memahami dan memfasilitasi eksekusi transformasi digital yang sesuai dengan kebutuhan.
Jadi di antara gaung untuk menggalakkan transformasi digital, sebenarnya seberapa jauh bisnis kita sudah go digital? Tantangan apa saja yang tengah dihadapi?.
Segera Eksekusi Transformasi Digital Anda Sekarang!
Ivan Mulyadi
Jika ada informasi yang ingin ditanyakan, silakan Chat WA Customer Service & Social Media kami:
Ivan Mulyadi , March 16 2021
Adanya Standard Operating Procedure (SOP) dalam sebuah perusahaan sangat diperlukan oleh setiap karyawan, manajemen, hingga pimpinan untuk memahami tujuan yang hend...
Ivan Mulyadi , March 16 2021
Pastinya Anda pernah mendengar kalau kita ingin bisnis tetap langgeng, maka kita harus benar-benar memperhatikan pelanggan. Tapi sebelum pelanggan, sebenarnya ada y...
Ivan Mulyadi , March 16 2021
Budaya adalah identitas utama dari sebuah perusahaan. Budaya memunculkan keunikan tersendiri yang membuat sebuah perusahaan berbeda dengan para pesaingnya. Keunikan...
2024 © ONE GML Consulting